Oleh MADE NARIANA
PENGALAMAN sejarah politik Bali mencatat, Banteng semakin digenjet semakin kokoh dan melejit, kalau tidak boleh dikatakan bringas. Sebuah koran nasional di Jakarta membuat berita utama : “Kekecewaan Banteng Membuat Kekuatan Baru” . Mereka makin solid di mana-mana!
Berita tersebut dibuat, karena Gibran Rakabuming Raka yang walikota Solo asal PDI Perjuangan kini berpaling ke partai lain sekaligus menjadi Cawapres Prabowo Subianto. Sementara partainya sendiri menjagokan Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud MD.
Saat Presiden Jokowi berkunjung ke Gianyar (Bali), petugas membersihkan Baliho Banteng (lambang suci kehormatan PDI Perjuangan) di tempat upacara. Petugas juga mencabut baliho Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Apa alasannya, banyak masyarakat tidak memahami. Seketika berita tersebut viral di tanah air….
Ketua DPC PDI Perjuangan Gianyar Mahayastra mengatakan melaui televisi Jakarta, ia sangat kecewa dengan kondisi itu. Hanya lambang kebesaran PDI Perjuangan dicabut, sementara baliho partai lain tidak.
“Untuk diketahui, saat pilpres 4 tahun lalu Jokowi mendapat suara 97,2 persen di Gianyar. Ini perjuangan kami di bawah bersama kader PDI Perjuangan. Ibaratnya ia lahir sebagai Presiden di Gianyar, sebab presentase perolehan suara itu paling tinggi di Indonesia,” kata Mahayastra rada kecewa.
Kalau benar demikian, suatu hal yang memprihatinkan. Seharusnya Jokowi merasa bangga dalam kunjungan di Bali mendapat sambutan meriah. Soal ia berpaling ke partai lain, itu soal lain.
Sama halnya kita bertamu ke rumah orang. Kalau disambut oleh tamu warna apa pun, tentu seharusnya bangga. Kalau begini caranya, politik jadi tidak menarik, yang semestinya dijalanani dengan gembira-ria dan penuh kedamaian.
Dengan adanya kasus Gianyar, apakah banteng di daerah itu termasuk Bali kecewa? Ya pasti kecewalah. Tetapi sejarah sekali lagi mencatat….. banteng semakin digenjet, biasanya semakin melejit.
Sosialisasi Capres dan Cawapres di mana-mana masih disambut meriah penggemarnya. Tetapi seorang pengamat mengatakan, cawapres seperti Cak Imin untuk Anies Baswedan, Gibran Raka Buming Raka untuk Prabowo dan Mahfud MD yang menjadi cawapres Ganjar Pranowo, konon belum berhasil mendongkrak elektabilitas masing-masing pasangannya. Presetanse survey masih stagnan di angka yang sama.
Namun bagi Bali sendiri, masyarakat kelihatan semakin gairah memasang bendera partai menyambut Pilpres dan Pileg tanggal 14 Februari 2024 ini.
Sebagai obyek wisata dunia, Bali seharusnya dijaga bersama sehingga hajatan pemilu itu berjalan damai, gembira dan menyenangkan. Turis tidak senang dengan kegaduhan.
Pejabat pemerintah dan petugas keamanan patut memberikan panutan. Jangan malah memberikan contoh membuat kegaduhan seperti apa yang terjadi di Gianyar saat Jokowi ke Bali akhir bulan Oktober 2023 ini.
Jokowi lahir dari rahim PDI Perjuangan dengan bendera lambang banteng moncong putih. Biarkan ia menikmati keindahan bendera merah itu, sebelum ia benar-benar berpaling bernaung di bawah bendera lain! Sejarah akan mencatat dengan tinta emas.(*)